Sabtu, 02 Februari 2013

Keanekaragaman Jasa Interpreter

Dilihat dari segi kebahasaan, kata “penerjemahan” berasal dari kata Arab tarjamah (kata benda) atau tarjama (kata kerja), dan padanannya dalam bahasa Inggris adalah translation (kata benda) yang berasal dari kata kerja translate. Majdī Wahbah dan Kāmil al-Muhandis menerjemahkan kata tarjamah atau translation itu dengan “menuliskan kembali pokok bahasan tertentu dalam bahasa selain bahasa aslinya.”
Sementara itu A. S. Hornby, E. V. Gatenby dan H. Wakefield dalam kamusnya memberikan tiga macam makna kata kerja translate sebagai berikut:
1. give the meaning of something said or written in another language.
2. interpret, clarify (somebody’s behaviour, etc.).
3. remove (the bishop) to a different see.
Sedangkan Roget’s Thesaurus menyebutkan kata kerja eccleciasticize sebagai padanan kata kerja translate, kata transference dan transliteration sebagai padanan kata benda translation dan kata interpreter sebagai padanan kata translator.
Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa menerjemahkan bisa berarti:
1. mengalihbahasakan (termasuk alih huruf atau transliterasinya) sesuatu yang dikatakan
    atau ditulis dalam bahasa tertentu ke dalam bahasa lain.
2. menafsirkan, atau menjelaskan (sesuatu yang kurang atau tidak jelas)
3. menceriterakan sesuatu, dan
4. memindahkan penjabat agama (uskup) dari wilayah keuskupan tertentu ke wilayah
    keuskupan lainnya.
Di antara keempat arti tersebut, dua yang disebut pertama memiliki relevansi tinggi dengan pokok bahasan sekarang. Karena itu dua arti itulah yang untuk selanjutnya dipergunakan dalam makalah ini.
Dilihat dari cara penerjemahannya, terjemahan bisa dibedakan menjadi dua macam: terjemahan harfiah (at-tarjamatul-harfiyyah, loan transition atau word-for-word translation).[12] Terjemahan harfiah adalah terjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain dengan tidak mengubah bentuk, pola dan susunan katanya serta pola kalimatnya. Contoh terjemahan harfiah adalah Al-Qur’än dan Terjemahnya, terjemahan tim Departemen Agama. Sedangkan terjemahan bebas adalah terjemahan yang hanya terikat dengan makna aslinya tetapi tidak terikat baik dengan bentuk dan susunan katanya maupun dengan pola kalimatnya. Karena itu terjemahan bebas sering dikenal juga dengan sebutan tarjamah ma‘nawiyyah. Contoh terjemahan bebas adalah Al-Qur’ān Bacaan Mulia, terjemahan H. B. Jassin.
Terjemahan harfiah, walaupun sering dianggap sangat bermanfaat untuk mempertahankan keaslian karya yang diterjemahkan, dalam kenyataannya tidak selamanya benar dan bahkan, dalam banyak hal, tidak hanya membingungkan pembacanya tetapi juga merusak bahasa terjemahannya. Hal ini, sebagaimana akan dijelaskan lebih lanjut, disebabkan oleh kenyataan bahwa terjemahan harfiah cenderung memaksakan pola bahasa asing ke dalam bahasa terjemahan. Karena pada dasarnya setiap bahasa merupakan sistem dengan sub-sub sistemnya yang sering berbeda-beda antara satu bahasa dengan bahasa lainnya, maka setiap penerjemah dan penyadur seharusnya menguasai, minimal, dua bahasa sekaligus: bahasa sumber yang diterjemahkan [dalam hal ini bahasa Arab dan Inggris] dan bahasa reseptor atau bahasa terjemahannya, yaitu bahasa Indonesia. Penguasaan yang tidak sempurna terhadap salah satu di antara bahasa-bahasa tersebut cenderung menimbulkan kesalahan dalam penerjemahan atau penyaduran yang dilakukannya.
Memang penerjemah dituntut untuk mengalihkan baik isi maupun bentuk bahasa sumber ke dalam bahasa reseptornya, tetapi pekerjaan ini jelas sangat sulit, kalau tidak bisa disebut sama sekali tidak mungkin. Perlu dijelaskan bahwa, bagaimanapun juga, terjemahan tidak akan sama persis dengan aslinya baik dalam makna maupun gaya bahasanya. Karena itu target minimal yang seharusnya dicapai oleh setiap penerjemah adalah pengalihan makna dan gaya yang paling mirip dengan aslinya itu. Bila suatu terjemahan secara keseluruhan tidak mengikuti atau tidak sesuai dengan gaya bahasa aslinya, maka terjemahan semacam itulah yang dikenal sebagai saduran.
Menerjemahkan berarti: (1) Mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks bahasa sumber. (2) Menganalisis teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya, dan (3) Mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran dan konteks budayanya (Bahasa Terjemahan).
Tujuan penerjemahan adalah untuk menciptakan relasi yang sepadan dan intent antara teks sumber dan teks sasaran agar diperoleh jaminan bahwa kedua teks tersebut mengkomunikasikan pesan yang sama (Terjemahan Bahasa).
Di kalangan ilmuwan, hampir terjadi kesepakatan bahwa ada perbedaan antara penerjemahan (Penterjemah Bahasa) dan interpretasi. Istilah penerjemahan dipakai untuk menyebut aktivitas memindahkan gagasan dalam bentuk tertulis dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Adapun interpretasi dipakai untuk menyebut aktivitas memindahkan pesan secara lisan atau dengan menggunakan isyarat dari satu bahasa ke bahasa lainnya. Dengan demikian, aktivitas seorang penerjemah selalu terkait dengan teks tertulis, sementara aktivitas seorang interpretator atau juru bicara selalu terkait dengan pengalihan pesan secara lisan (Penterjemah Bahasa).
Secara sekilas, penerjemahan dan interpretasi hampir sama, yang berbeda hanya media yang digunakan. Dalam penerjemahan, media yang digunakan adalah teks tulis, sedangkan interpretasi menggunakan media lisan. Namun demikian, keterampilan yang dibutuhkan oleh seorang translator berbeda dengan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang interpretator. Seorang penerjemah dituntut untuk mahir dalam menulis atau mengungkapkan gagasan dalam bahasa sasaran secara tertulis. Dia juga harus mahir memahami teks bahasa sumber dan budayanya, juga mampu menggunakan kamus dan referensi lainnya. Sementara seorang interpreter (juru bicara) harus mampu mengalihkan isi informasi dari bahasa sumber ke bahasa sasaran secara langsung tanpa bantuan kamus. Dia juga harus mempunyai keterampilan dalam mengambil keputusan secara tepat dalam waktu yang sangat singkat.
Definisi Interpretasi
Interpretasi adalah suatu proses untuk menyederhanakan ide-ide atau issu-issu yang rumit dan kemudian membaginya dengan masyarakat awam/umum. Suatu interpretasi yang baik adalah suatu interpretasi yang dapat membangun hubungan antara audiens dengan obyek interpretasi. Apabila dilakukan secara efektif, interpretasi dapat digunakan untuk meyakinkan orang lain, dapat mendorong orang lain untuk merubah cara berpikir dan tingkah laku mereka. Interpretasi adalah pelayanan kepada kelompok sasaran yang datang ke taman-taman, hutan, tempat-tempat yang dilindungi dan rekreasi yang lain, karena kelompok sasaran selain ingin bersantai atau mencari inspirasi juga mempunyai keinginan untuk mempelajari tentang alam, atau kebudayaan. Sumberdaya alam yang ingin dilihat dapat berupa proses geologis, satwa, tumbuhan, kominitas ekologis, atau sejarah manusia.
Interpretasi adalah suatu mata rantai komunikasi antara pengunjung dan sumberdaya yang ada (Sharpe, 1982). Sedangkan Tilden (1957) yang disebut juga Bapak Interpretasi menyatakan bahwa Interpretasi lingkungan adalah suatu aktivitas pendidikan untuk mengungkapkan arti dan hubungan antara obyek alami dengan kelompok sasaran, dengan pengalaman tangan pertama, dan dengan penggambaran media (ilustrasi) secara sederhana. Harold Walin (dalam Sharpe, 1982), Kepala Taman Metropolitan Cleveland, mengatakan bahwa “Interpretasi adalah suatu cara pelayanan untuk membantu kelompok sasaran supaya tergugah rasa sensitifnya dalam merasakan keindahan alam, kekomplekannya, variasinya dan hubungan lingkungan, rasa kagum dan mempunyai keingintahuan. mengembangkan persepsinya.
Kita sering mempertanyakan apa sebenarnya perbedaan antara informasi, pendidikan lingkungan dengan interpretasi. Informasi adalah sesuatu yang disampaikan kepada kelompok sasaran atau kelompok sasaran seperti keadaan aslinya yaitu misalnya suatu fakta, gambar-gambar dan tanggal-tanggal. Sebagai contoh, buku panduan satwa memberikan informasi mengenai jenis satwa, dan biasanya tidak ada interpertasinya. Interpretasi terdiri dari informasi. Interpretasi bukanlah apa yang anda sampaikan pada kelompok sasaran akan tetapi bagaimana cara anda menyampaikan informasi tersebut kepada kelompok sasaran.
Hal itu semua akan membantu kelompok sasaran untuk merasakan lingkungan sebagai rumahnya dan dapat disampaikan melalui pendekatan instruksional atau dengan menggunakan pendekatan interpretive. Suatu hal yang harus diingat bahwa interpretasi merupakan proses komunikasi. Jika proses dalam menyampaikan informasi mengenai lingkungan berjalan dengan baik sehingga berguna bagi kelompok sasaran maka “pendidikan” lingkungan akan terjadi. “pendidikan” akan terjadi apabila kelompok sasaran:
1) Menerima pesan yang disampaikan
2) Memahami pesan yang disampaikan
3) Mengingat pesan yang disampaikan
4) Ada kemungkinan untuk menggunakan informasi tersebut. Dalam interpretasi digunakan teknik pemasaran dan periklanan, strategi jurnalistik dan strategi komunikasi lainnya. Interpretasi adalah suatu komunikasi dengan menggunakan pengalaman yang menyenangkan.
Teknik Interpretasi
Untuk melaksanakan kegiatan interpretasi tersebut bisa dilakukan dengan beberapa cara/teknik. Menurut Sharpe (1982) secara garis besar terdapat dua macam teknik interpretasi. a. Teknik secara langsung (attended service) Adalah kegiatan interpretasi yang melibatkan langsung antara interpreter (penginterpretasi), kelompok sasaran dengan obyek interpretasi yang ada sehingga kelompok sasaran dapat secara langsung melihat, mendengar atau bila mungkin mencium, meraba dan merasakan obyek-obyek intrepretasi yang dipergunakan dan biasanya dengan tahap pelaksanaan sebagai berikut: 1) Informasi Kelompok sasaran akan mendapatkan informasi tentang obyek yang akan dikunjungi. 2) Rencana kegiatan pelaksanaan program akan dijelaskan pada suatu pusat pengunjung atau dikenal juga dengan nama pusat informasi, jadi kelompok sasaran sudah lebih dulu mengetahui program interpretasi yang dipilih dan garis besar rencana perjalanannya. 3) Penyampaian uraian-uraian Dilakukan oleh interpreter pada saat melaksanakan program interpretasinya. Dengan adanya kontak antara kelompok sasaran dengan penginterpretasi maka ada suatu komunikasi langsung, dan disini peran seorang penginterpretasi sangat besar untuk dapat mengungkapkan secara menarik semua potensi dalam suatu kawasan. Seorang penginterpretasi yang baik harus dapat membuat suasana yang santai sehingga kelompok sasaran akan dapat bebas bertanya ataupun dapat mengutarakan keluhan-keluhannya. Interpretasi secara langsung dapat berupa: a) Tamasya keliling atau berjalan-jalan dengan interpreter wisata.
Kelompok sasaran dalam kelompok-kelompok atau perorangan yang bergabung membentuk suatu rombongan berjalan-jalan atau dengan kendaraan mendatangi obyek-obyek interpretasi dengan dipandu oleh penginterpretasi dan mengikuti salah satu program penginterpretasi yang sudah disusun. Kegiatan ini merupakan suatu kegiatan interpretasi dengan melakukan pergerakan atau perjalanan. Terdapat 3 karakteristik dalam kegiatan ini yaitu peserta berpindah dari satu tempat ke tempat lain, terdapat beberapa tempat istirahat atau pemberhentian untuk menunjukkan suatu obyek di lokasi tersebut dan untuk kegiatan ini diperlukan komitmen lebih dari peserta karena mereka memerlukan waktu dan energi yang lebih banyak untuk berjalan dari satu tempat ke tempat lain. Ada beberapa contoh dari perjalanan ini yaitu : Berjalan menyusuri jalur untuk mengamati hewan dan tumbuhan yang terdapat di jalur tersebut serta bagaimana mereka berinteraksi. Memandu kelompok sasaran mendatangi area persemaian, kebun atau area demonstrasi lainnya. Berjalan memalui suatu kawasan dan menjelaskan mengenai sejarah atau kondisi dari kawasan tersebut. Memandu kelompok sasaran untuk melihat – lihat di wisma cinta alam atau pameran yang telah disiapkan. Agar suatu perjalanan lebih efektif maka perencana harus merencanakannya dengan seksama mulai dari awal hingga akhir. Persiapkan jalur interpretasi, tanda – tanda dan apabila memungkinkan disusun brosur yang menjelaskan mengenai kegiatan perjalanan tersebut. Untuk perjalanan di luar ruangan, interpreter atau fasilitator perlu melakukan uji coba di rute yang dipilih sebanyak beberapa kali untuk melihat kondisi dan situasi secara menyeluruh, membuat catatan mengenai hal – hal khusus yang dapat membahayakan peserta dan lain – lain. Satu hal yang harus diingat oleh interpreter atau fasilitator bahwa melakukan perjalanan dengan sekelompok orang akan memakan waktu yang lebih banyak daripada melakukan perjalanan sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar