Jumat, 22 Februari 2013

RINGKASAN, SADURAN, TRANSKRIPSI by anindyatrans1@gmail.com


Terkadang kita sulit untuk memahami ide sebuah tulisan yang panjang dan tidak jarang juga kita kemudian membuat ringkasan dari sebuah tulisan tersebut untuk membantu memahami ide-ide dari si penulis. Hal serupa juga dilakukan manakala kita ingin menyalin tulisan dalam bahasa lain atau karya tulis tertentu yang inti tulisannya ingin kita ketahui. Cara menyadur bisa menjadi sebuah alternatif.
Meringkas, menyadur, dan mentranskrip memang memiliki kesamaan. Ketiganya masih berpatokan pada ide orang lain. Meski demikian, dalam hal mentranskrip, ada sedikit perbedaan. Kegiatan mentranskrip lebih kepada penyalinan bentuk lisan ke bentuk tulisan. Lebih jauh lagi tentang ketiga hal ini, diuraikan dalam tiga butir berikut ini.

Meringkas

Menyajikan sebuah tulisan dari seorang pengarang ke dalam sebuah sajian tulisan yang ringkas bukan hal yang mudah. Kita harus membaca dengan cermat dan memerhatikan ketika kita harus menuliskannya secara ringkas. Hal ini berkaitan dengan upaya kita untuk menangkap gagasan atau ide dari pengarang. Langkah meringkas bisa kita pakai untuk mengetahui maksud dan tujuan pengarang juga dalam rangka menyajikan sebuah tulisan ke dalam bentuk yang ringkas, padat, dan tetap berpatokan pada ide asli pengarang. Dalam hal ini, yang harus kita perhatikan dalam membuat sebuah ringkasan adalah mempertahankan urutan asli dari ide asli pengarang. Akan tetapi, jangan kita mencampuradukkan pengertian tersebut ketika kita akan membuat sebuah ikhtisar. Patokan akan kedua hal tersebut ada perbedaannya. Dalam membuat ikhtisar, kita tidak perlu mempertahankan urutan karangan asli dan tidak perlu memberikan isi dari seluruh karangan itu secara proposional (Keraf 1984: 262). Berikut akan kita bahas tentang batasan arti ringkasan. Ringkasan diartikan sebagai penyajian singkat dari suatu karangan asli tetapi tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarang asli. Sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara proposional tetap dipertahankan dalam bentuknya yang singkat itu (Keraf 1984: 262). Dengan kata lain, ringkasan adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk singkat. Lalu apa tujuan dari meringkas tersebut? Gorys Keraf mengemukakan bahwa membuat ringkasan dapat berguna untuk mengembangkan ekspresi serta penghematan kata. Latihan membuat ringkasan, menurut dia, akan mempertajam daya kreasi dan konsentrasi si penulis ringkasan tersebut. Penulis ringkasan dapat memahami dan mengetahui dengan mudah isi karangan aslinya, baik dalam penyusunan karangan, cara penyampaian gagasannya dalam bahasa dan susunan yang baik, cara pemecahan suatu masalah, dan lain sebagainya. Beberapa bentuk ringkasan di antaranya dapat berupa abstrak, sinopsis, dan simpulan. Dalam sebuah karya ilmiah (skripsi, laporan akhir, tesis, maupun desertasi), sebuah proses meringkas biasa disebut juga dengan abstrak (Widyamartana dan Sudiati 1997: 52). Abstrak atau ringkasan berdasarkan penjelasan Harianto GP (2000: 227) dimaksudkan sebagai memberikan uraian yang sesingkat-singkatnya tentang segala pokok yang dibahas. Ringkasan dalam sebuah karya ilmiah hendaknya meliputi dasar masalah, asumsi dasar, hipotesa, metodologi, data, sumber-sumber pengolahan, kesimpulan, dan saran-saran.
Ringkasan dalam bentuk sinopsis biasa dilakukan pada buku seperti karya fiksi atau nonfiksi. Bentuk sinopsis merupakan salah satu bentuk ringkas suatu karya yang kiranya dapat memberikan dorongan kepada orang lain untuk membaca secara utuh (Djuharie dan Suherli 2001: 12).
Sementara bentuk ringkasan yang lain adalah simpulan. Simpulan adalah bentuk ringkas yang mengungkapkan gagasan utama dari suatu uraian atau pembicaraan dengan memberikan penekanan pada ide sentral serta penyelesaian dari permasalahan yang diungkapkan (Djuharie dan Suherli 2001: 13).

Menyadur

Sebenarnya, "menyadur" itu lain dengan menerjemahkan/ mengalih bahasakan . Istilah yang sekarang lebih umum digunakan adalah "adaptasi." Yang paling lazim, adaptasi dilakukan antar dua bidang seni, misalnya film yang ceritanya mengadaptasi sebuah novel. Dalam bidang sastra, bisa juga sebuah karya mengadaptasi sebuah cerita rakyat.

Adaptasi prinsipnya adalah mengambil bahan pokok untuk dikembangkan. Detail ceritanya bisa sama sekali baru, bahasa ungkapnya juga harus lain. Jadi, cerita-cerita silat dari Hongkong dan Taiwan yang beredar dalam bahasa indonesia sama sekali tak bisa disebut adaptasi atau menyadur. Karena tak ada pengembangan cerita ataupun memakai bahasa ungkap yang sama sekali baru.
Mereka tetaplah karya tejemahan. Istilah saduran yang sering ditempel di cover hanyalah sekedar akal-akalan agar terhindar dari gugatan hak cipta. Kembali ke istilah "menyadur", definisi resminya adalah: "menyusun kembali cerita secara bebas, tanpa merusak garis besar cerita, biasanya dari bahasa lain" (KBBI  Edisi-II, Cetakan Ke-9, 1997, halaman 859).
Apakah menyusun kembali hanya sekedar membolak balik susunan kalimat atau susunan peristiwa? Atau sekedar mengedit, mengurangi dan menambah? Kalau hanya itu, baru pantas kita sebut terjemahan bebas!
Menyadur harus lebih dari itu. Harus ada sesuatu yang baru diluar cerita asli, "Tanpa merusak garis besar cerita". Pengembangan cerita tak berarti megubah garis besar cerita, misalnya kita tahu cerita garis besar cerita Sampek Engtai, tapi adegan pertemuan dan perpisahan mereka, detail percakapan mereka, bisa saja kita kembangkan sendiri.

Mentranskrip

Saat kita mendengar kata transkrip, pemahaman kita tentu akan mengacu pada penyalinan sebuah bentuk lisan ke dalam bentuk tulisan. Transkripsi menurut definisi Harimukti Kridalaksana adalah pengubahan wicara menjadi bentuk tertulis; biasanya dengan menggambarkan tiap bunyi atau fonem dengan satu lambang (2001: 219). Hal ini sesuai dengan pandangan J.S. Badudu bahwa terjadi sebuah penyalinan teks dengan huruf lain untuk menunjukkan lafal, fonem-fonem bahasa yang bersangkutan (2005: 351). Transkrip dalam hal ini sangat berguna, khususnya sewaktu kita akan membuat salinan, catatan dari sebuah pembicaraan ke dalam bentuk tertulis.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, transkrip artinya salinan. Mentranskrip berarti menyalin. Apa saja yang bisa disalin? Tentu bisa apa saja. Tetapi yang dimaksud transkrip pada tulisan ini adalah menyalin atau mentranskrip audio/video (suara/suara bergambar) kedalam bentuk teks tertulis.
Audio disini adalah rekaman/suara yang terdokumentasikan dalam bentuk kaset/mini kaset maupun digital voice clip/sound clip dan video clip.  Apa isi rekaman itu? Bisa hasil wawancara, diskusi, seminar, focus group discussion, pelatihan, pidato, sidang, film, video pendidikan, video pelatihan, video tutorial dan sebagainya. Direkam menggunakan alat perekam berupa cassette recorder, voice recorder atau video recorder dan tersimpan dalam kaset maupun format digital voice/sound clip dan video clip tersebut.
Hasil transkrip biasanya berbentuk teks tertulis yang berupa tulisan isi rekaman. Hasil transkrip ini bisa bermacam-macam. Ada hasil transkrip yang betul betul ‘apa adanya’ artinya kata perkata ditulis bahkan situasi yang terjadi ditulis juga untuk menggambarkan situasi yang terjadi.
Hasil transkrip ada juga yang mirip seperti hasil ringkasan sebuah acara/rapat, hasil resume, atau bahkan minuta rapat. Tetapi hasil transkrip ini tidak boleh ada pendapat/opini pribadi dari si penulis transkrip. Jadi betul-betul hanya ringkasan dari hasil acara tersebut dan berdasarkan pada apa-apa yang dibicarakan/diucapkan dalam acara tersebut. Hasil transkrip (dokumen tertulis) ini akan berbeda tergantung kebutuhan dan keinginan dari si pemilik rekaman ini. Misalnya hasil transkrip pelatihan, dipakai untuk melihat gambaran proses pelatihan dan materi yang disampaikan dan materi yang berkembang untuk dijadikan bahan evaluasi, perbaikan modul, pembuatan laporan dan lain sebagainya. Hasil transkrip FGD, seminar atau diskusi bisa dipakai sebagai bahan untuk melihat kembali materi acara dan menarik poin-poin kesepakatan dalam acara tersebut berdasarkan pokok pikiran seluruh pembicaraan pada acara tersebut.
Hasil transkrip video pendidikan, video pelatihan, tutorial bisa dipakai sebagai bahan bacaan bagi si peserta agar lebih mudah mengikuti alur pendidikan dan bagi si pengajar bisa dijadikan sebagai panduan dalam mengajar. Hasil transkrip bisa dijadikan sebagai bukti tertulis otentik tentang suatu hal. Misalnya transkrip sidang skripsi, transkrip sidang pengadilan dan lain sebagainya.
Merekam dan mentranskripkan sebuah acara itu penting agar setiap acara memiliki dokumentasi tertulis selain dokumentasi audio maupun video. Mentranskrip mirip dengan menotulensi tetapi tidak sama. Mentranskrip bisa dilakukan kapan saja dan bisa dimana saja selama bahan untuk ditranskrip ada. Jadi, bisa saja bahan itu bahan yang 1 tahun lalu, atau beberapa bulan lalu. Bahan tersebut kemudian ditranskrip misalnya sebagai antisipasi hilangnya data digital karena kerusakan komputer, kaset berjamur, video berjamur, dan lain sebagainya.
Ada beberapa macam transkripsi mengacu pada Kamus Linguistik Harimurti Kridalakasana (2002: 219). Meskipun sangat kental dengan istilah-istilah linguistik, mengingat pentranskripsian memang dekat dengan kajian ilmu fonetik, pengenalan macam-macam transkripsi berikut ini tentulah menambah wawasan kita. Transkripsi berurutan, yaitu transkripsi fonetis dari teks yang berurutan dan bukan dari kata-kata lepas. Transkripsi fonemis, yaitu transkripsi yang menggunakan satu lambang untuk menggambarkan satu fonem tanpa melihat perbedaan fonetisnya.
Transkripsi fonetis, yaitu transkripsi yang berusaha menggambarkan semua bunyi secara teliti.
Transkripsi kasar, yaitu transkripsi fonetis yang mempergunakan lambang terbatas berdasarkan analisis fonemis yang dipergunakan sebagai sistem aksara yang mudah dibaca.
Transkripsi impresionistis, yaitu transkripsi fonetis dengan lambang sebanyak-banyaknya yang dibuat tanpa pengetahuan mengenai sistem bahasa tertentu; transkripsi semacam ini biasa dibuat pada pengenalan pertama suatu bahasa. Transkripsi ortografis, yaitu transkripsi yang sesuai dengan kaidah-kaidah ejaan suatu bahasa. Transkripsi saksama, yaitu transkripsi fonetis yang secara cermat menggambarkan kontinum wicara. Transkripsi sistematis, yaitu transkripsi fonetis dengan lambang terbatas yang dibuat setelah si penyelidik mengenal bahasanya dan setelah segmen-segmen ujaran diketahui.
Secara garis besar, bentuk transkripsi merupakan bentuk tertulis dari ucapan. Beberapa contoh bentuk transkrip, misalnya transkrip pidato, wawancara, atau keterangan pers. Proses tersebut, sebagaimna disebutkan Shaddily dan Echols, sama halnya dengan mencatat atau menuliskan hasil pembicaraan. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan menuliskan kata demi kata dari suatu sumber untuk keperluan tertentu (biasanya direkam) pada radio perekam dan disalin dalam bentuk tulisan atau ketik. Sebuah cara penulisan dengan meringkas, menyadur, dan mentranskrip, di dalamnya mencakup cara menyajikan sebuah tulisan, pembicaran ke dalam bentuk tertulis yang tersaji secara ringkas. Sebuah bentuk ringkasan dari sebuah tulisan hendaknya tetap menekankan sisi konsistensi akan sebuah urut-urutan sesuai dengan ide atau gagasan pengarang. Begitu halnya saat kita menyadur, hal tersebut juga berlaku -- tetap mempertahankan ide dari naskah asli. Sementara mentranskrip lebih kepada upaya menyajikan sebuah bentuk lisan ke dalam tulisan. Penyajian hasil tulisan dengan ketiga bentuk tersebut ternyata dapat menjadi latihan yang baik bagi kita. Terutama untuk mempertajam pemahaman kita tentang karya asli. Tambahan lagi, kita akan menjadi lebih mencermati apa yang kita baca maupun dengar, tegas Keraf (1984:262) by anindyatrans1@gmail.com

Jumat, 15 Februari 2013

Peran Jasa Interpreter Resmi


Profesi penerjemah yang tidak banyak diketahui orang adalah jasa interpreter resmi atau penerjemah lisan. Berbeda dengan penerjemah biasa yang bertugas menerjemahkan teks tertulis, penerjemah lisan ini bertugas untuk menerjemahkan ucapan, pidato, diskusi, atau percakapan dalam sebuah bahasa untuk kemudian disampaikan ulang secara lisan ke dalam bahasa yang dituju. Selama ini masyarakat hanya menggangap peran penerjemah lisan ini hanya sebatas pada tingkat kenegaraan semata, namun seiring dengan perkembangan dunia dan globalisasi, dunia bisnis, akademik, hingga sosial budaya banyak yang membutuhkan jasa seorang penerjemah lisan.

jasa interpreter resmi akan sangat dibutuhkan untuk acara-acara yang melibatkan orang asing atau orang yang menggunakan bahasa selain bahasa Indonesia seperti seminar dengan pembicara orang asing, konfrensi yang dihadiri delegasi dari berbagai negara, pelatihan di perusahaan, kuliah umum yang melibatkan dosen dari luar negeri, acara diskusi, negosiasi bisnis antar dua perusahaan beda negara, hingga untuk acara yang non formal seperti perjalanan wisata. Untuk acara yang sifatnya sangat resmi atau memiliki kekuatan hukum tertentu seperti pengadilan yang melibatkan seseorang dari luar negeri sebagai tersangka, maka dibutuhkan jasa seorang penerjemah lisan tersumpah.

Penerjemah lisan atau jasa interpreter resmi tersumpah adalah mereka yang ditunjuk secara khusus oleh pengadilan karena memiliki kualifikasi khusus yaitu memiliki sertifikat resmi atau sertifikat tersumpah serta memiliki SK Guberbur setempat. Jasa penerjemah lisan ini lebih mahal jika dibandingkan dengan jasa penerjemah biasa karena tingkat kesulitan yang harus dihadapi oleh si penerjemah. Dalam penerjemahan biasa, seorang penerjemah bisa mengedit atau memperbaikinya pada proses editing. Hal semacam itu tidak bisa dilakukan oleh seorang penerjemah lisan karena dia harus melakukan alih bahasa secepat mungkin begitu klien mengucapkan sesuatu. Seorang penerjemah lisan membutuhkan konsentrasi tinggi untuk bisa meangkap setiap kata yang diucapkan oleh klien mereka serta harus melakukan terjemahan dengan sangat hati-hati karena ucapan yang sudah diterjemahkan tidak bisa dikoreksi atau diulangi lagi. Maka, jika Anda memiliki acara khusus yang melibatkan orang asing sebagai pembicara atau pengisi acara, tidak ada salahnya menggunakan jasa penerjemah lisan untuk mendukung kelancaran acara yang Anda selenggarakan.

Jumat, 08 Februari 2013

masalah di jasa interpreter resmi


Pekerjaan pertama yang pernah saya alami dalam bisnis penerjemah adalah bertindak sebagai jasa interpreter resmi (penerjemah lisan) dalam suatu pertemuan antara seorang pengusaha Amerika dan tim manajemen kantor saya pada tahun 2005 lalu.  Beberapa hal yang terjadi lebih menunjukkan pada sikap yang kurang nyaman.  Tamu kami, seorang  Amerika menunjukkan sikap merengut dan tidak mau bekerjasama sedangkan rekan saya sesama manajemen malah berbincang dengan sesama rekannya mengenai beberapa topik ringan. Setelah melalui beberapa menit pertama yang kurang menguntungkan, pimpinan manajemen kantor kami secara tegas mencoba untuk memecahkan ketegangan, berkata kepada saya “biarkan tamu kita terhormat tahu bahwa kita akan makan siang di restoran yang mewah.” Tentu saja saya merasa bersemangat dengan ide makan siang yang luar biasa, saya menyampaikan informasi ini kepada si Amerika namun ia dengan rasa curiga bertanya: “apakah ada menu anggur”?    Tiba-tiba saya menyadari bahwa ia sedang mengharapkan pembicaraan mereka untuk fokus pada beberapa hal yang aneh dan  menghalangi rencana mereka untuk mendapat kesepakatan dan makan siang terdiri atas roti sandwich dan Coke, dan perayaan itu dilangsungkan pada penghujung hari setelah kesepakatan disimpulkan. Ia merasa kuatir bahwa orang asing ini mencoba menjebaknya. Bagi lawan bicaranya, tim manajemen kami, yang mempersoalkan sebagian besar pada penekanan hubungan akrab dan kepercayaan serta mengharapkan intisari dari pertemuan itu dapat diambil oleh masing-masing pihak.   Ini menyedihkan, bahwa saya gagal menyadari bahwa saya perlu meyakinkan dirinya bahwa ia tidak berurusan dengan orang Indonesia yang nampak berbicara berbelit-belit untuk memperdaya dirinya.   Mungkin kalau situasi ini berlanjut, si Amerika akan berteriak dengan lantang :
“Berbicara lah Bahasa Inggris! Saya tidak tahu arti dari sebagian kalimat panjang itu, dan saya juga tidak percaya dengan anda!”

 Apa yang harus kita hindari adalah suatu situasi dimana seorang interpreter atau translator (penerjemah lisan) mencoba untuk mementingkan egonya dibandingkan melakukan pekerjaanya dengan baik dan profesional.
Pada saat itu, saya hampir merasa yakin bahwa saya pada akhirnya akan menjadi seorang penerjemah dan selanjutnya menjadi seorang interpreter konferensi.   Beberapa tahun kemudian, , meskipun, saya meningkatkan kualitas menjadi seorang profesional dan sampai pada  sebuah penemuan—dengan segala sesuatu yang ada di dunia—bahwa penerjemah adalah sebuah profesi.   Satu pertanyaan memancing saya: apakah komputer bisa segera melakukan pekerjaan ini untuk memenuhi kebutuhan manusia akan penerjemah?
Suatu argumentasi dasar yang menjelaskan kenapa komputer tidak pernah bisa mengganti posisi manusia dalam bidang ini, dalam setiap peristiwa bahwa bahasa secara intrinsik dibatasi oleh konteks. Setidaknya bagaimana saya akan menjelaskan bahwa ini merupakan suatu poin filosofi dasar yang diturunkan dari secara khusus.   Saya ingin tahu bagaimana  banyak orang yang menggerutu dan berhenti membaca  makalah ini.   Jangan kuatir, saya tidak bermaksud mendiskusikan konsep ilmiah dari ahli teori – namun saya hanya berminat dalam beberapa konsekuensi sudut pandang terhadap profesi translator dan interpreter.   Saya akan berfokus dalam makalah ini pada satu aspek dari konteks translator dan interpreter.
Ada beberapa perbedaan yang jelas antara menerjemahkan dalam bentuk tulisan dan menerjemahkan secara lisan.    Agar dapat dijelaskan lebih jelas, para penerjemah tulisan memiliki kesempatan untuk mencari beberapa kata atau kalimat atau mencocokkan dengan hasil terjemahan mereka, dan untuk mengupayakan hasil yang seakurat mungkin.    Sedangkan bagi para penerjemah lisan (Interpreter), anehnya, perlu memikirkannya selagi mereka sedang berdiri. Bisa dimaklumi, bahwa para interpreter terkadang akan melewati informasi yang diberikan dalam bahasa asli atau penafsiran yang telah dikatakan.  Apabila seorang interpreter  sedang menerjemahkan  dalam Sidang Pengadilan  Internasional , ini merupakan suatu pekerjaan yang berharga dan menantang, dimana seorang penulis steno sedang menulis penjelasan segala sesuatu yang saya katakan. Ketika anda sedang menerjemahkan suatu pertanyaan silang mengenai korban perkosaan yang telah didagnosa mengidap HIV,  anda harus menyampaikan informasi seakurat mungkin tanpa membiarkan emosi mempengaruhi hasil prestasi anda dalam menghadapi tekanan besar dan ada sedikit ruang untuk melakukan manuver.
Disinilah pentingnya anda benar-benar harus bersikap profesional yang senantiasa mengutamakan kualitas pekerjaan dengan memberikan hasil terjemahan yang baik yang dapat dipahami dengan baik oleh kedua belah pihak.    Selain itu pentingnya kemampuan anda untuk mengendalikan emosi juga ditekankan di sini, sehingga anda tidak membiarkan hal ini mempengaruhi kualitas pekerjaan anda.

Sabtu, 02 Februari 2013

Keanekaragaman Jasa Interpreter

Dilihat dari segi kebahasaan, kata “penerjemahan” berasal dari kata Arab tarjamah (kata benda) atau tarjama (kata kerja), dan padanannya dalam bahasa Inggris adalah translation (kata benda) yang berasal dari kata kerja translate. Majdī Wahbah dan Kāmil al-Muhandis menerjemahkan kata tarjamah atau translation itu dengan “menuliskan kembali pokok bahasan tertentu dalam bahasa selain bahasa aslinya.”
Sementara itu A. S. Hornby, E. V. Gatenby dan H. Wakefield dalam kamusnya memberikan tiga macam makna kata kerja translate sebagai berikut:
1. give the meaning of something said or written in another language.
2. interpret, clarify (somebody’s behaviour, etc.).
3. remove (the bishop) to a different see.
Sedangkan Roget’s Thesaurus menyebutkan kata kerja eccleciasticize sebagai padanan kata kerja translate, kata transference dan transliteration sebagai padanan kata benda translation dan kata interpreter sebagai padanan kata translator.
Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa menerjemahkan bisa berarti:
1. mengalihbahasakan (termasuk alih huruf atau transliterasinya) sesuatu yang dikatakan
    atau ditulis dalam bahasa tertentu ke dalam bahasa lain.
2. menafsirkan, atau menjelaskan (sesuatu yang kurang atau tidak jelas)
3. menceriterakan sesuatu, dan
4. memindahkan penjabat agama (uskup) dari wilayah keuskupan tertentu ke wilayah
    keuskupan lainnya.
Di antara keempat arti tersebut, dua yang disebut pertama memiliki relevansi tinggi dengan pokok bahasan sekarang. Karena itu dua arti itulah yang untuk selanjutnya dipergunakan dalam makalah ini.
Dilihat dari cara penerjemahannya, terjemahan bisa dibedakan menjadi dua macam: terjemahan harfiah (at-tarjamatul-harfiyyah, loan transition atau word-for-word translation).[12] Terjemahan harfiah adalah terjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain dengan tidak mengubah bentuk, pola dan susunan katanya serta pola kalimatnya. Contoh terjemahan harfiah adalah Al-Qur’än dan Terjemahnya, terjemahan tim Departemen Agama. Sedangkan terjemahan bebas adalah terjemahan yang hanya terikat dengan makna aslinya tetapi tidak terikat baik dengan bentuk dan susunan katanya maupun dengan pola kalimatnya. Karena itu terjemahan bebas sering dikenal juga dengan sebutan tarjamah ma‘nawiyyah. Contoh terjemahan bebas adalah Al-Qur’ān Bacaan Mulia, terjemahan H. B. Jassin.
Terjemahan harfiah, walaupun sering dianggap sangat bermanfaat untuk mempertahankan keaslian karya yang diterjemahkan, dalam kenyataannya tidak selamanya benar dan bahkan, dalam banyak hal, tidak hanya membingungkan pembacanya tetapi juga merusak bahasa terjemahannya. Hal ini, sebagaimana akan dijelaskan lebih lanjut, disebabkan oleh kenyataan bahwa terjemahan harfiah cenderung memaksakan pola bahasa asing ke dalam bahasa terjemahan. Karena pada dasarnya setiap bahasa merupakan sistem dengan sub-sub sistemnya yang sering berbeda-beda antara satu bahasa dengan bahasa lainnya, maka setiap penerjemah dan penyadur seharusnya menguasai, minimal, dua bahasa sekaligus: bahasa sumber yang diterjemahkan [dalam hal ini bahasa Arab dan Inggris] dan bahasa reseptor atau bahasa terjemahannya, yaitu bahasa Indonesia. Penguasaan yang tidak sempurna terhadap salah satu di antara bahasa-bahasa tersebut cenderung menimbulkan kesalahan dalam penerjemahan atau penyaduran yang dilakukannya.
Memang penerjemah dituntut untuk mengalihkan baik isi maupun bentuk bahasa sumber ke dalam bahasa reseptornya, tetapi pekerjaan ini jelas sangat sulit, kalau tidak bisa disebut sama sekali tidak mungkin. Perlu dijelaskan bahwa, bagaimanapun juga, terjemahan tidak akan sama persis dengan aslinya baik dalam makna maupun gaya bahasanya. Karena itu target minimal yang seharusnya dicapai oleh setiap penerjemah adalah pengalihan makna dan gaya yang paling mirip dengan aslinya itu. Bila suatu terjemahan secara keseluruhan tidak mengikuti atau tidak sesuai dengan gaya bahasa aslinya, maka terjemahan semacam itulah yang dikenal sebagai saduran.
Menerjemahkan berarti: (1) Mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks bahasa sumber. (2) Menganalisis teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya, dan (3) Mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran dan konteks budayanya (Bahasa Terjemahan).
Tujuan penerjemahan adalah untuk menciptakan relasi yang sepadan dan intent antara teks sumber dan teks sasaran agar diperoleh jaminan bahwa kedua teks tersebut mengkomunikasikan pesan yang sama (Terjemahan Bahasa).
Di kalangan ilmuwan, hampir terjadi kesepakatan bahwa ada perbedaan antara penerjemahan (Penterjemah Bahasa) dan interpretasi. Istilah penerjemahan dipakai untuk menyebut aktivitas memindahkan gagasan dalam bentuk tertulis dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Adapun interpretasi dipakai untuk menyebut aktivitas memindahkan pesan secara lisan atau dengan menggunakan isyarat dari satu bahasa ke bahasa lainnya. Dengan demikian, aktivitas seorang penerjemah selalu terkait dengan teks tertulis, sementara aktivitas seorang interpretator atau juru bicara selalu terkait dengan pengalihan pesan secara lisan (Penterjemah Bahasa).
Secara sekilas, penerjemahan dan interpretasi hampir sama, yang berbeda hanya media yang digunakan. Dalam penerjemahan, media yang digunakan adalah teks tulis, sedangkan interpretasi menggunakan media lisan. Namun demikian, keterampilan yang dibutuhkan oleh seorang translator berbeda dengan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang interpretator. Seorang penerjemah dituntut untuk mahir dalam menulis atau mengungkapkan gagasan dalam bahasa sasaran secara tertulis. Dia juga harus mahir memahami teks bahasa sumber dan budayanya, juga mampu menggunakan kamus dan referensi lainnya. Sementara seorang interpreter (juru bicara) harus mampu mengalihkan isi informasi dari bahasa sumber ke bahasa sasaran secara langsung tanpa bantuan kamus. Dia juga harus mempunyai keterampilan dalam mengambil keputusan secara tepat dalam waktu yang sangat singkat.
Definisi Interpretasi
Interpretasi adalah suatu proses untuk menyederhanakan ide-ide atau issu-issu yang rumit dan kemudian membaginya dengan masyarakat awam/umum. Suatu interpretasi yang baik adalah suatu interpretasi yang dapat membangun hubungan antara audiens dengan obyek interpretasi. Apabila dilakukan secara efektif, interpretasi dapat digunakan untuk meyakinkan orang lain, dapat mendorong orang lain untuk merubah cara berpikir dan tingkah laku mereka. Interpretasi adalah pelayanan kepada kelompok sasaran yang datang ke taman-taman, hutan, tempat-tempat yang dilindungi dan rekreasi yang lain, karena kelompok sasaran selain ingin bersantai atau mencari inspirasi juga mempunyai keinginan untuk mempelajari tentang alam, atau kebudayaan. Sumberdaya alam yang ingin dilihat dapat berupa proses geologis, satwa, tumbuhan, kominitas ekologis, atau sejarah manusia.
Interpretasi adalah suatu mata rantai komunikasi antara pengunjung dan sumberdaya yang ada (Sharpe, 1982). Sedangkan Tilden (1957) yang disebut juga Bapak Interpretasi menyatakan bahwa Interpretasi lingkungan adalah suatu aktivitas pendidikan untuk mengungkapkan arti dan hubungan antara obyek alami dengan kelompok sasaran, dengan pengalaman tangan pertama, dan dengan penggambaran media (ilustrasi) secara sederhana. Harold Walin (dalam Sharpe, 1982), Kepala Taman Metropolitan Cleveland, mengatakan bahwa “Interpretasi adalah suatu cara pelayanan untuk membantu kelompok sasaran supaya tergugah rasa sensitifnya dalam merasakan keindahan alam, kekomplekannya, variasinya dan hubungan lingkungan, rasa kagum dan mempunyai keingintahuan. mengembangkan persepsinya.
Kita sering mempertanyakan apa sebenarnya perbedaan antara informasi, pendidikan lingkungan dengan interpretasi. Informasi adalah sesuatu yang disampaikan kepada kelompok sasaran atau kelompok sasaran seperti keadaan aslinya yaitu misalnya suatu fakta, gambar-gambar dan tanggal-tanggal. Sebagai contoh, buku panduan satwa memberikan informasi mengenai jenis satwa, dan biasanya tidak ada interpertasinya. Interpretasi terdiri dari informasi. Interpretasi bukanlah apa yang anda sampaikan pada kelompok sasaran akan tetapi bagaimana cara anda menyampaikan informasi tersebut kepada kelompok sasaran.
Hal itu semua akan membantu kelompok sasaran untuk merasakan lingkungan sebagai rumahnya dan dapat disampaikan melalui pendekatan instruksional atau dengan menggunakan pendekatan interpretive. Suatu hal yang harus diingat bahwa interpretasi merupakan proses komunikasi. Jika proses dalam menyampaikan informasi mengenai lingkungan berjalan dengan baik sehingga berguna bagi kelompok sasaran maka “pendidikan” lingkungan akan terjadi. “pendidikan” akan terjadi apabila kelompok sasaran:
1) Menerima pesan yang disampaikan
2) Memahami pesan yang disampaikan
3) Mengingat pesan yang disampaikan
4) Ada kemungkinan untuk menggunakan informasi tersebut. Dalam interpretasi digunakan teknik pemasaran dan periklanan, strategi jurnalistik dan strategi komunikasi lainnya. Interpretasi adalah suatu komunikasi dengan menggunakan pengalaman yang menyenangkan.
Teknik Interpretasi
Untuk melaksanakan kegiatan interpretasi tersebut bisa dilakukan dengan beberapa cara/teknik. Menurut Sharpe (1982) secara garis besar terdapat dua macam teknik interpretasi. a. Teknik secara langsung (attended service) Adalah kegiatan interpretasi yang melibatkan langsung antara interpreter (penginterpretasi), kelompok sasaran dengan obyek interpretasi yang ada sehingga kelompok sasaran dapat secara langsung melihat, mendengar atau bila mungkin mencium, meraba dan merasakan obyek-obyek intrepretasi yang dipergunakan dan biasanya dengan tahap pelaksanaan sebagai berikut: 1) Informasi Kelompok sasaran akan mendapatkan informasi tentang obyek yang akan dikunjungi. 2) Rencana kegiatan pelaksanaan program akan dijelaskan pada suatu pusat pengunjung atau dikenal juga dengan nama pusat informasi, jadi kelompok sasaran sudah lebih dulu mengetahui program interpretasi yang dipilih dan garis besar rencana perjalanannya. 3) Penyampaian uraian-uraian Dilakukan oleh interpreter pada saat melaksanakan program interpretasinya. Dengan adanya kontak antara kelompok sasaran dengan penginterpretasi maka ada suatu komunikasi langsung, dan disini peran seorang penginterpretasi sangat besar untuk dapat mengungkapkan secara menarik semua potensi dalam suatu kawasan. Seorang penginterpretasi yang baik harus dapat membuat suasana yang santai sehingga kelompok sasaran akan dapat bebas bertanya ataupun dapat mengutarakan keluhan-keluhannya. Interpretasi secara langsung dapat berupa: a) Tamasya keliling atau berjalan-jalan dengan interpreter wisata.
Kelompok sasaran dalam kelompok-kelompok atau perorangan yang bergabung membentuk suatu rombongan berjalan-jalan atau dengan kendaraan mendatangi obyek-obyek interpretasi dengan dipandu oleh penginterpretasi dan mengikuti salah satu program penginterpretasi yang sudah disusun. Kegiatan ini merupakan suatu kegiatan interpretasi dengan melakukan pergerakan atau perjalanan. Terdapat 3 karakteristik dalam kegiatan ini yaitu peserta berpindah dari satu tempat ke tempat lain, terdapat beberapa tempat istirahat atau pemberhentian untuk menunjukkan suatu obyek di lokasi tersebut dan untuk kegiatan ini diperlukan komitmen lebih dari peserta karena mereka memerlukan waktu dan energi yang lebih banyak untuk berjalan dari satu tempat ke tempat lain. Ada beberapa contoh dari perjalanan ini yaitu : Berjalan menyusuri jalur untuk mengamati hewan dan tumbuhan yang terdapat di jalur tersebut serta bagaimana mereka berinteraksi. Memandu kelompok sasaran mendatangi area persemaian, kebun atau area demonstrasi lainnya. Berjalan memalui suatu kawasan dan menjelaskan mengenai sejarah atau kondisi dari kawasan tersebut. Memandu kelompok sasaran untuk melihat – lihat di wisma cinta alam atau pameran yang telah disiapkan. Agar suatu perjalanan lebih efektif maka perencana harus merencanakannya dengan seksama mulai dari awal hingga akhir. Persiapkan jalur interpretasi, tanda – tanda dan apabila memungkinkan disusun brosur yang menjelaskan mengenai kegiatan perjalanan tersebut. Untuk perjalanan di luar ruangan, interpreter atau fasilitator perlu melakukan uji coba di rute yang dipilih sebanyak beberapa kali untuk melihat kondisi dan situasi secara menyeluruh, membuat catatan mengenai hal – hal khusus yang dapat membahayakan peserta dan lain – lain. Satu hal yang harus diingat oleh interpreter atau fasilitator bahwa melakukan perjalanan dengan sekelompok orang akan memakan waktu yang lebih banyak daripada melakukan perjalanan sendiri.