Terkadang kita sulit untuk memahami ide sebuah tulisan
yang panjang dan tidak jarang juga kita kemudian membuat ringkasan dari sebuah
tulisan tersebut untuk membantu memahami ide-ide dari si penulis. Hal serupa
juga dilakukan manakala kita ingin menyalin tulisan dalam bahasa lain atau
karya tulis tertentu yang inti tulisannya ingin kita ketahui. Cara menyadur
bisa menjadi sebuah alternatif.
Meringkas,
menyadur, dan mentranskrip memang memiliki kesamaan. Ketiganya masih berpatokan
pada ide orang lain. Meski demikian, dalam hal mentranskrip, ada sedikit
perbedaan. Kegiatan mentranskrip lebih kepada penyalinan bentuk lisan ke bentuk
tulisan. Lebih jauh lagi tentang ketiga hal ini, diuraikan dalam tiga butir
berikut ini.
Meringkas
Menyajikan sebuah tulisan dari seorang pengarang ke dalam
sebuah sajian tulisan yang ringkas bukan hal yang mudah. Kita harus membaca
dengan cermat dan memerhatikan ketika kita harus menuliskannya secara ringkas.
Hal ini berkaitan dengan upaya kita untuk menangkap gagasan atau ide dari
pengarang. Langkah meringkas bisa kita pakai untuk mengetahui maksud dan tujuan
pengarang juga dalam rangka menyajikan sebuah tulisan ke dalam bentuk yang
ringkas, padat, dan tetap berpatokan pada ide asli pengarang. Dalam hal ini,
yang harus kita perhatikan dalam membuat sebuah ringkasan adalah mempertahankan
urutan asli dari ide asli pengarang. Akan tetapi, jangan kita mencampuradukkan
pengertian tersebut ketika kita akan membuat sebuah ikhtisar. Patokan akan
kedua hal tersebut ada perbedaannya. Dalam membuat ikhtisar, kita tidak perlu
mempertahankan urutan karangan asli dan tidak perlu memberikan isi dari seluruh
karangan itu secara proposional (Keraf 1984: 262). Berikut akan kita bahas
tentang batasan arti ringkasan. Ringkasan diartikan sebagai penyajian singkat
dari suatu karangan asli tetapi tetap mempertahankan urutan isi dan sudut
pandang pengarang asli. Sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan
asli secara proposional tetap dipertahankan dalam bentuknya yang singkat itu
(Keraf 1984: 262). Dengan kata lain, ringkasan adalah suatu cara yang efektif
untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk singkat. Lalu apa
tujuan dari meringkas tersebut? Gorys Keraf mengemukakan bahwa membuat
ringkasan dapat berguna untuk mengembangkan ekspresi serta penghematan kata.
Latihan membuat ringkasan, menurut dia, akan mempertajam daya kreasi dan
konsentrasi si penulis ringkasan tersebut. Penulis ringkasan dapat memahami dan
mengetahui dengan mudah isi karangan aslinya, baik dalam penyusunan karangan,
cara penyampaian gagasannya dalam bahasa dan susunan yang baik, cara pemecahan
suatu masalah, dan lain sebagainya. Beberapa bentuk ringkasan di antaranya
dapat berupa abstrak, sinopsis, dan simpulan. Dalam sebuah karya ilmiah
(skripsi, laporan akhir, tesis, maupun desertasi), sebuah proses meringkas
biasa disebut juga dengan abstrak (Widyamartana dan Sudiati 1997: 52). Abstrak
atau ringkasan berdasarkan penjelasan Harianto GP (2000: 227) dimaksudkan
sebagai memberikan uraian yang sesingkat-singkatnya tentang segala pokok yang
dibahas. Ringkasan dalam sebuah karya ilmiah hendaknya meliputi dasar masalah,
asumsi dasar, hipotesa, metodologi, data, sumber-sumber pengolahan, kesimpulan,
dan saran-saran.
Ringkasan
dalam bentuk sinopsis biasa dilakukan pada buku seperti karya fiksi atau
nonfiksi. Bentuk sinopsis merupakan salah satu bentuk ringkas suatu karya yang
kiranya dapat memberikan dorongan kepada orang lain untuk membaca secara utuh
(Djuharie dan Suherli 2001: 12).
Sementara
bentuk ringkasan yang lain adalah simpulan. Simpulan adalah bentuk ringkas yang
mengungkapkan gagasan utama dari suatu uraian atau pembicaraan dengan
memberikan penekanan pada ide sentral serta penyelesaian dari permasalahan yang
diungkapkan (Djuharie dan Suherli 2001: 13).
Menyadur
Sebenarnya, "menyadur" itu lain dengan
menerjemahkan/ mengalih bahasakan . Istilah yang sekarang lebih umum digunakan
adalah "adaptasi." Yang paling lazim, adaptasi dilakukan antar dua
bidang seni, misalnya film yang ceritanya mengadaptasi sebuah novel. Dalam
bidang sastra, bisa juga sebuah karya mengadaptasi sebuah cerita rakyat.
Adaptasi
prinsipnya adalah mengambil bahan pokok untuk dikembangkan. Detail ceritanya
bisa sama sekali baru, bahasa ungkapnya juga harus lain. Jadi, cerita-cerita
silat dari Hongkong dan Taiwan yang beredar dalam bahasa indonesia sama sekali
tak bisa disebut adaptasi atau menyadur. Karena tak ada pengembangan cerita
ataupun memakai bahasa ungkap yang sama sekali baru.
Mereka
tetaplah karya tejemahan. Istilah saduran yang sering ditempel di cover
hanyalah sekedar akal-akalan agar terhindar dari gugatan hak cipta. Kembali ke
istilah "menyadur", definisi resminya adalah: "menyusun kembali
cerita secara bebas, tanpa merusak garis besar cerita, biasanya dari bahasa
lain" (KBBI Edisi-II, Cetakan Ke-9,
1997, halaman 859).
Apakah
menyusun kembali hanya sekedar membolak balik susunan kalimat atau susunan
peristiwa? Atau sekedar mengedit, mengurangi dan menambah? Kalau hanya itu,
baru pantas kita sebut terjemahan bebas!
Menyadur
harus lebih dari itu. Harus ada sesuatu yang baru diluar cerita asli,
"Tanpa merusak garis besar cerita". Pengembangan cerita tak berarti
megubah garis besar cerita, misalnya kita tahu cerita garis besar cerita Sampek
Engtai, tapi adegan pertemuan dan perpisahan mereka, detail percakapan mereka,
bisa saja kita kembangkan sendiri.
Mentranskrip
Saat kita mendengar kata transkrip, pemahaman kita tentu
akan mengacu pada penyalinan sebuah bentuk lisan ke dalam bentuk tulisan.
Transkripsi menurut definisi Harimukti Kridalaksana adalah pengubahan wicara
menjadi bentuk tertulis; biasanya dengan menggambarkan tiap bunyi atau fonem
dengan satu lambang (2001: 219). Hal ini sesuai dengan pandangan J.S. Badudu
bahwa terjadi sebuah penyalinan teks dengan huruf lain untuk menunjukkan lafal,
fonem-fonem bahasa yang bersangkutan (2005: 351). Transkrip dalam hal ini
sangat berguna, khususnya sewaktu kita akan membuat salinan, catatan dari
sebuah pembicaraan ke dalam bentuk tertulis.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, transkrip artinya salinan. Mentranskrip berarti
menyalin. Apa saja yang bisa disalin? Tentu bisa apa saja. Tetapi yang dimaksud
transkrip pada tulisan ini adalah menyalin atau mentranskrip audio/video
(suara/suara bergambar) kedalam bentuk teks tertulis.
Audio
disini adalah rekaman/suara yang terdokumentasikan dalam bentuk kaset/mini
kaset maupun digital voice clip/sound clip dan video clip. Apa isi rekaman itu? Bisa hasil wawancara,
diskusi, seminar, focus group discussion, pelatihan, pidato, sidang, film,
video pendidikan, video pelatihan, video tutorial dan sebagainya. Direkam
menggunakan alat perekam berupa cassette recorder, voice recorder atau video
recorder dan tersimpan dalam kaset maupun format digital voice/sound clip dan
video clip tersebut.
Hasil
transkrip biasanya berbentuk teks tertulis yang berupa tulisan isi rekaman.
Hasil transkrip ini bisa bermacam-macam. Ada hasil transkrip yang betul betul
‘apa adanya’ artinya kata perkata ditulis bahkan situasi yang terjadi ditulis
juga untuk menggambarkan situasi yang terjadi.
Hasil
transkrip ada juga yang mirip seperti hasil ringkasan sebuah acara/rapat, hasil
resume, atau bahkan minuta rapat. Tetapi hasil transkrip ini tidak boleh ada
pendapat/opini pribadi dari si penulis transkrip. Jadi betul-betul hanya
ringkasan dari hasil acara tersebut dan berdasarkan pada apa-apa yang
dibicarakan/diucapkan dalam acara tersebut. Hasil transkrip (dokumen tertulis)
ini akan berbeda tergantung kebutuhan dan keinginan dari si pemilik rekaman
ini. Misalnya hasil transkrip pelatihan, dipakai untuk melihat gambaran proses
pelatihan dan materi yang disampaikan dan materi yang berkembang untuk
dijadikan bahan evaluasi, perbaikan modul, pembuatan laporan dan lain
sebagainya. Hasil transkrip FGD, seminar atau diskusi bisa dipakai sebagai
bahan untuk melihat kembali materi acara dan menarik poin-poin kesepakatan
dalam acara tersebut berdasarkan pokok pikiran seluruh pembicaraan pada acara
tersebut.
Hasil
transkrip video pendidikan, video pelatihan, tutorial bisa dipakai sebagai
bahan bacaan bagi si peserta agar lebih mudah mengikuti alur pendidikan dan
bagi si pengajar bisa dijadikan sebagai panduan dalam mengajar. Hasil transkrip
bisa dijadikan sebagai bukti tertulis otentik tentang suatu hal. Misalnya
transkrip sidang skripsi, transkrip sidang pengadilan dan lain sebagainya.
Merekam
dan mentranskripkan sebuah acara itu penting agar setiap acara memiliki
dokumentasi tertulis selain dokumentasi audio maupun video. Mentranskrip mirip
dengan menotulensi tetapi tidak sama. Mentranskrip bisa dilakukan kapan saja
dan bisa dimana saja selama bahan untuk ditranskrip ada. Jadi, bisa saja bahan
itu bahan yang 1 tahun lalu, atau beberapa bulan lalu. Bahan tersebut kemudian
ditranskrip misalnya sebagai antisipasi hilangnya data digital karena kerusakan
komputer, kaset berjamur, video berjamur, dan lain sebagainya.
Ada
beberapa macam transkripsi mengacu pada Kamus Linguistik Harimurti
Kridalakasana (2002: 219). Meskipun sangat kental dengan istilah-istilah
linguistik, mengingat pentranskripsian memang dekat dengan kajian ilmu fonetik,
pengenalan macam-macam transkripsi berikut ini tentulah menambah wawasan kita. Transkripsi
berurutan, yaitu transkripsi fonetis dari teks yang berurutan dan bukan dari
kata-kata lepas. Transkripsi fonemis, yaitu transkripsi yang menggunakan satu
lambang untuk menggambarkan satu fonem tanpa melihat perbedaan fonetisnya.
Transkripsi
fonetis, yaitu transkripsi yang berusaha menggambarkan semua bunyi secara
teliti.
Transkripsi
kasar, yaitu transkripsi fonetis yang mempergunakan lambang terbatas
berdasarkan analisis fonemis yang dipergunakan sebagai sistem aksara yang mudah
dibaca.
Transkripsi
impresionistis, yaitu transkripsi fonetis dengan lambang sebanyak-banyaknya
yang dibuat tanpa pengetahuan mengenai sistem bahasa tertentu; transkripsi
semacam ini biasa dibuat pada pengenalan pertama suatu bahasa. Transkripsi
ortografis, yaitu transkripsi yang sesuai dengan kaidah-kaidah ejaan suatu
bahasa. Transkripsi saksama, yaitu transkripsi fonetis yang secara cermat
menggambarkan kontinum wicara. Transkripsi sistematis, yaitu transkripsi
fonetis dengan lambang terbatas yang dibuat setelah si penyelidik mengenal
bahasanya dan setelah segmen-segmen ujaran diketahui.
Secara
garis besar, bentuk transkripsi merupakan bentuk tertulis dari ucapan. Beberapa
contoh bentuk transkrip, misalnya transkrip pidato, wawancara, atau keterangan
pers. Proses tersebut, sebagaimna disebutkan Shaddily dan Echols, sama halnya
dengan mencatat atau menuliskan hasil pembicaraan. Cara yang bisa dilakukan
adalah dengan menuliskan kata demi kata dari suatu sumber untuk keperluan
tertentu (biasanya direkam) pada radio perekam dan disalin dalam bentuk tulisan
atau ketik. Sebuah cara penulisan dengan meringkas, menyadur, dan mentranskrip,
di dalamnya mencakup cara menyajikan sebuah tulisan, pembicaran ke dalam bentuk
tertulis yang tersaji secara ringkas. Sebuah bentuk ringkasan dari sebuah
tulisan hendaknya tetap menekankan sisi konsistensi akan sebuah urut-urutan
sesuai dengan ide atau gagasan pengarang. Begitu halnya saat kita menyadur, hal
tersebut juga berlaku -- tetap mempertahankan ide dari naskah asli. Sementara
mentranskrip lebih kepada upaya menyajikan sebuah bentuk lisan ke dalam
tulisan. Penyajian hasil tulisan dengan ketiga bentuk tersebut ternyata dapat
menjadi latihan yang baik bagi kita. Terutama untuk mempertajam pemahaman kita
tentang karya asli. Tambahan lagi, kita akan menjadi lebih mencermati apa yang
kita baca maupun dengar, tegas Keraf (1984:262) by anindyatrans1@gmail.com